Kamis, 23 Mei 2013

Penanganan Pertama pada Luka Bakar


Dalam kehidupan kita sehari-hari,sering melihat atau mengalami sendiri yang namanya luka bakar. Dan seringkali respon tindakan yang dilakukan oleh kita atau masyarakat awam malah memperberat luka yang terjadi. Untuk itulah diperlukan pengetahuan yang baik dan tepat sehingga tindakan atau ketrampilan yang dilakukan juga baik dan tepat, sehingga luka yang ditimbulkan dapat segera sembuh.
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi. Penyebab dari terjadinya luka bakar dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Sumber panas seperti api, air panas dan uap panas.
2. Sumber listrik
3. Bahan kimiawi
4. Sinar matahari dan radiasi
Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan.
Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya adalah kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan.
Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
Berikut ini merupakan penangan pertama pada luka bakar dilihat berdasarkan dengan penyebabnya :
1. Luka bakar akibat sumber panas (api, air panas, uap panas)
Tahapan penanganan Pertama, luka bakar akibat air panas dan uap panas adalah pertama, jauhkan dari sumber panas.
Kedua, jangan diolesi cairan seperti odol, minyak goreng, kecap, ataupun minyak tanah karena akan memperdalam luka bakar.
Ketiga, buka keran air atau keran ledeng, lalu alirkan air tersebut ke arah bagian tubuh yang terkena luka bakar selama 10-20 menit.
Ini dilakukan untuk menurunkan suhu panas yang diakibatkan luka bakar tersebut. Jangan memakai air es atau es batu atau mencemplungkan diri dalam bak mandi, karena perubahan suhu yang tiba-tiba (antara panas dan dingin), akan memperdalam luka bakar.
Penanganan luka bakar akibat api yaitu sebaiknya jangan merasa panik, dan berlari untuk mencari air. Hal ini akan menyebabkan sebaliknya, yaitu akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin.
Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Apabila luka bakar yang dialami serius, seperti luka bakar yang dialami oleh korban ledakan gas elpiji, maka yang harus dilakukan adalah : buka baju korban, lepaskan cincin, jam, atau barang apapun yang melekat pada diri korban, selimuti tubuh korban dengan selimut bersih, lalu, bawa ke rumah sakit.
2. Luka bakar akibat sumber listrik
Pisahkan korban dari sumber listrik yaitu dengan segera mematikan sumber arus listrik. sebelum sumber listrik dimatikan, penolong sebaiknya jangan dulu menyentuh korban, apalagi jika sumber listrik memiliki tegangan tinggi.
Jika sumber arus tidak dapat dimatikan, gunakan benda-benda non-konduktor (tidak bersifat menghantarkan listrik seperi sapu, kursi, karpet atau keset yang terbuat dari karet) untuk mendorong korban dari sumber listrik. Jangan menggunakan benda-benda yang basah atau terbuat dari logam.
Jika memungkinkan, berdirilah di atas sesuatu yang kering dan bersifat non-konduktor (misalnya keset atau kertas koran yang dilipat). Jangan coba-coba menolong korban yang berada dekat arus listrik bertegangan tinggi.
Jika korban mengalami luka bakar, buka semua pakaian yang mudah dilepaskan dan siram bagian yang terbakar dengan air dingin yang mengalir untuk mengurangi nyeri. Jika korban pingsan, tampak pucat atau menunjukkan tanda-tanda syok, korban dibaringkan dengan kepala pada posisi yang lebih rendah dari badan dan kedua tungkainya terangkat, selimuti korban dengan selimut atau jaket hangat.
Luka/cidera akibat listrik seringkali disertai dengan terlontarnya atau terjatuhnya korban sehingga terjadi cedera traumatik tambahan, baik berupa luka luar yang tampak nyata maupun luka dalam yang tersembunyi.
Jangan memindahkan kepala atau leher korban jika diduga telah terjadi cedera tulang belakang. Setelah aman dari sumber listrik, segera dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernafasan dan denyut nadi. jika terjadi gangguan fungsi pernafasan dan nadinya tidak teraba, segera lakukan resusitasi.
Sebaiknya dicari tanda-tanda patah tulang, dislokasi dan cedera tumpul maupun cedera tulang belakang. (hal-hal tersebut diatas sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis).
3. Luka bakar akibat bahan kimiawi
Bahan kimiawi yang dapat menyebabkan luka bakar adalah asam kuat atau basa kuat. Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti [sodium hidroksida], silver nitrate, dan bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat). Untuk penanganannya segera basuh menggunakan air bersih dan jauhkan dari sumber bahan kimia, lalu, bawa ke rumah sakit segera untuk penanganan selanjutnya.
4. Akibat sengatan sinar matahari dan radiasi
Sengatan sinar matahari (sunburn) umumnya terjadi karena paparan sinar ultraviolet yang berlebihan yang dipancarkan oleh matahari. Paparan yang berlebihan dalam waktu cukup lama dapat mengakibatkan peradangan kulit akut. Sebenarnya, definisi sunburn tidak terbatas pada sinar ultraviolet dari matahari, tetapi juga termasuk luka bakar akibat paparan sinar ultraviolet dari sumber lain seperti lampu ultraviolet.
Penanganan sunburn dapat dilakukan antara lain dengan cara : mendinginkan daerah yang terkena dengan kompres dingin atau berendam di air dingin, menjaga bagian yang mengalami luka bakar tetap lembab, misalnya dengan mengoleskan krim pelembab, membiarkan luka lepuh tetap utuh.
Jangan mencoba untuk memecahkannya karena akan memperlambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi, jika timbul nyeri, dapat dikurangi dengan mengkonsumsi obat pereda nyeri misalnya parasetamol atau ibupropen, jika kulit mulai mengelupas, rawat dengan hati-hati dan kalau perlu oleskan krim pelembab.
Semua penangan diatas hanya merupakan penangan pertama yang didapat dilakukan dalam keadaan darurat, penangan selanjutnya terutama pada kasus-kasus yang gawat tentunya memerlukan penanganan lebih lanjut dengan segera di rumah sakit
.
Hal-hal yang harus dilakukan jika menghadapi pasien yang mengalami luka bakar :
 

1.      Lepas semua benda yang menganggu (cincin, gelang, arloji, dll).
2.       mengoleskan mentega, salep, atau lotion.
3.      Balut bagian yang terbakar dengan kain yang bersih dan tidak berbulu.

Pathofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi.

Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel.

Derajat Luka Bakar:
  1. Grade I = hanya mengenai epidermis saja, gejalanya berupa kulit yang hiperemis, kering, dan nyeri
  2. Grade II = mengenai epidermis dan sebagian dari dermis, gejalanya terbentuk bula. Namun bila bula sudah pecah, akan menyisakan lesi yang berwarna merah muda, basah, dan nyeri
  3. Grade III = mengenai epidermis dan seluruh bagian dermis, bahkan dapat melibatkan struktur di bawah dermis. Pada luka bakar grade III, luka akan terlihat pucat/abu-abu, banyak jaringan kulit yang mati (eschar), dan tidak terasa nyeri.
     
Klasifikasi Luka Bakar
Menurut Kedalaman atau Karakteristik Luka Bakar Karakteristik luka bakar dari Smeltzer dan Bare Brunner and Suddarth’s Medical Surgical Nursing, Ed. 8, Philadelphia 1997, Lippincott

Menurut Lokasi Luka Bakar
Luka bakar pada kepala, dada dan leher seringkali mempunyai kaitan dengan komplikasi pulmonal.
Luka bakar yang mengenai wajah sering yang menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis, aurikular dan rentang terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut.

Luka bakar pada tangan dan persendian sering membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak pada waktu bekerja dan atau kecatatan fisik menetap serta kehilangan pekerjaan.
Luka bakar pada area perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan faeces.

Luka bakar sirkumferensial extremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal.
Luka bakar sirkumferensial thoraks dapat mengarah pada inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi pulmonal.

Menurut ukuran atau luas luka bakar
Dengan menggunakan metode rules of nine untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka bakar.
  • Kepala : 9%
  • Extremitas atas kanan : 9%
  • Extremitas atas kiri : 9%
  • Torso (dada sampai perut dan punggung sampai pinggang) : 36%
  • Perineum : 1%
  • Extremitas bawah kanan : 18%
  • Extremitas bawah kiri : 18% Total : 100%
Komplikasi Lanjut Luka Bakar
1. Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
  • Kedalaman luka bakar
  • Sifat kulit
  • Usia pasien
  • Lamanya waktu penutupan kulit
  • Penanduran kulit.
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah :
  • Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
  • Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif).
Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur